BAB I
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa sebagian dari unsure budaya universal, dan
memiliki pengertian yang sangat beragam. berpendapat bahwa salah satu unsure
universal kebudayaan adalah adanya bahasa yang dipakai oleh seluruh komunitas
yang tersebar di muka bumi. Secara tempat dan wilayah memiliki ciri khas budaya
bahasa yang berbeda. Misalkan budaya bahasa daerah sunda, papua, bali, malang
dll. Selain itu bahasa dibagi dalam konteks ruang lingkup yang menghasilkan
alat alat bicara manusia dan menggunakan sistem – sistem kontras guna
membedakan sebuah makna dalam kehidupan sehari – hari manusia mampu menciptakan
berbagai macam pemikiran – pemikiran yang sempurna yang mirip dengan tatanan
suatu bunyi dan manusia mampu memahami. Mulyana(2005:82)
Bahasa juga sebagai alat untuk saling
berinteraksi dan saling berkomunikasi baik secara langsung dan tidak langsung. Dan
juga perbedaan bahasa biasanya dipengaruhi dengan adanya sub-cultural misalnya
dari kaum punk, gay, waria, dll. Begitu juga dengan budaya bahasa yang terjadi
di wilayah malang, yaitu bahasa walikan. Bahasa
walikan adalah salah satu bahasa indonesia yang dalam pengucapannya sengaja
dibalik, Namun bahasa walikan bukanlah bahasa sandi karena tetap
menggunakan bahasa yang lazim digunakan, hanya cara membacanya yang diubah.
Kata yang lazimnya dibaca dari kiri ke kanan dalam bahasa walikan dibaca dari
kanan ke kiri. Bahasa yang bisa diwalik juga bisa berasal dari Bahasa
Jawa maupun Bahasa Indonesia.sejatinya bahasa walikan juga menjadi identitas
asli dari masyarakat malang dan sekitarnya.
Cahyono(2010).
berpendapat bahwa boso walikan
memang sudah menjadi ciri khas Kota Malang, seperti halnya bakso dan apel.
Beberapa boso walikan yang sering digunakan antara lain: ker
(rek), sam (mas), Ngalam (Malang), genaro (orang), kadit
itreng (tidak ngerti), nakam (makan), nganal (lanang), Ongis
Nade (Singo Edan), dan masih banyak lagi. Ngalamers (ngalamers-harus-tahu-sejarah-boso-walikan http://halomalang.com)
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah singkat tentang terbentuknya bahasa walikan sebagai bahasa khas dari
kota malang.
2. Apakah
fungsi bahasa walikan itu sendiri bagi masyarakat malang sehingga bahasa
walikan begitu terkenal dan familiar bagi kota malang bahkan luar kota lainya.
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah
ini dimaksudkan untuk membahas budaya bahasa walikan yang berkembang di kota
malang.
1.4 Topik pembahasan
·
Dukut imam(2006 : 166) berpendapat bahwa
Bahasa walikan masyarakat malang itu diciptakan oleh para pejuang dalam perang
kemerdekaan. Mereka sekumpulan kelompok gerilya rakyat kota atau yang lebih
disapa dengan (GRK) yang sangat disegani dikota malang. Bahasa walikan tercetus
pada bulan maret tahun 1949 dan digunakan sebagai bahasa isyarat.
·
Bahasa walikan menjadikan sebuah code
atau identitas bagi masyarakat pribumi malang sebagai bahasa komunikasi, karena
pada saat itu banyak sekali mata – mata dari kolonial belanda. Otomatis
masyarakat pribumi akan menggunakan bahasa walikan sebagai bahasa keseharian
atau komunikasi. Cara mengenal kawan dengan bahasa ini sangat penting karena
pada masa clash I, belanda banyak menyusupkan mata – mata kedalam kelompok
pejuang kota malang.
Bahsa walikan juga perlu dianggap perlu untuk
menjamin kerahasiaan dan sarana komunikasi para pejuang. Oleh karena itu karena
jika masyarakat pribumi menggunakan bahasa jawa ataupun dengan menggunakan
bahasa indonesia tentu akan banyak yang akan diketaui oleh
mata – mata tentang keberadaan bekas tentara laskar
Hamid Rusdi.
BAB II
Teks Utama
Hasil penelitian
1.1 Bahasa Walikan
Bahasa walikan adalah
budaya bahasa yang dalam pengucapannya atau penyampaiannya sengaja dibalik dari
belakang. Arema atau yang lebih akrab disebut dengan arek malang memiliki ciri
khas yang berbeda dengan penggunaan bahasa. Ciri khas masyarakat malang atau
arema dalam pergaulan sehari hari biasa menggunakan bahasa walikan. Bahasa
walikan juga sangat begitu populer dan familiar sampai – sampai harian atau
umum koran menyediakan rubik khusus malangan. Selain itu bahasa walikan juga
menjadi sebuah identitas tersendiri bagi masyarakat Malang, pengaruh positif
dari bahasa walikan antara lain walaupun dikota – kota besar lainya dijumpai
orang menggunakan bahasa walikan sudah
dapat dipastikan bahwa orang itu adalah penduduk asli dari kota Malang. ciri – ciri yang berbeda
dengan bahasa walikan dari malang.
a. Ciri
– ciri bahasa walikan dari malang.
·
Bahasa yang dibalik tapi pas dalam
penyampaian
·
Memiliki bahasa campuran yaitu bahasa
indonesia, jawa, dan bahasa lainya yang telah teralkulturasi
·
Tidak semua kata bisa dibalik untuk
berkomunikasi dalam konteks tertentu
Bahasa
walikan sendiri mulai lahir atau digunakan sebagai bahasa komunikasi antara
sesama pejuang masyarakat Malang pada tahun 1949 sebagai suatu bahasa isyarat
atau kode yang digunakan para pejuang pada zaman itu untuk menyiasati mata –
mata belanda dalam mencari informasi di antara para pejuang masyarakat malang.Dalam
kegiatan sehari-hari bahasa walikan atau yang lebih sering di sebut sebagai osob kiwalan sering di lontarkan oleh
orang Malang, baik sadar maupun tidak dalam pengucapanya itu, contohnya : “sob
wes nakam a ?” di artikan sebagai berikut “bos wes makan a ?”. Sering kali
orang Malang tidak sadar dalam pengucapanya ini, karena telah menjadi ciri khas
tersendiri bagi orang Malang untuk berbicara seperti ini. Banyak contoh yang
dapat di berikan dalam bahasa sehari-hari, entah itu sebagai bahasa walikan
asli maupun tidak. Sebab bahasa walikan juga telah berakulturasi dengan budaya
lain sehingga tidak hanya bahasa Jawa asli yang di gunakan namun juga bahasa
asing, contohnya: “mang ingeb nakam oges lecep karo ebes” dapat di artikan
“mang bengi makan sego pecel karo ebes (bapak dari kata Arab abah => sebeh => ebes).
Bahasa walikan yang
tidak murni lagi berbahasa Jawa murni di sebabkan oleh beberapa hal, antara
lain : pemudahan pengucapan, dan akulturasi dengan bahasa lain.
Seiring berjalannya
waktu bahasa walikan mengalami perubahan yaitu dalam masalah penyampaianya yang
lebih jelas dan mudah dan biasanya dengan menghilangkan kata yang tidak perlu,
contohnya : silup dari kata polisi,
yang awalnya isilop menjadi silup. Agar lebih mudah dalam pengucapan
dan lebih enak untuk di dengar. Selain itu ada beberapa contoh kamus bahasa
walik’an yang diakses lewat website.