REFORMASI DI INDONESIA SUNGGUH sangat fenomenal dan luar biasa berikut ulasan tentang pemahaman sejarah indonesia sebelum dan sesudah reformasi yang sungguh luar biasa. monggo jika di rasa penting
Apa yang disebut “sejarah”?. Sejarah berasal
dari bahasa arab “syajaratun” yang berarti “pohon” dan juga “keturunan” atau
“asal-usul”. Kebanyakan buku sejarah secara langsung mengatakan bahwa arti langsung
dari sejarah sangat tergantung pada pemikiran barat.Kata Inggris “history”
umpananya berasal dari kata yunani “istoria” yang berarti “belajar dengan cara
bertanya-tanya”.Sejumlah kata lainnya dari bahasa – bahasa Eropa menunjukkan
berbagai arti . History bila kita menggunakan dalam arti umum : kronika
(chronicle), keturunan (genealogy), tarikh (anals), syair sejarah (epic) dan
sebagainya.
Sejarah
dan Masa Lampau
Walaupun sering kali diingatkan , baik oleh
sarjana – sarjana Indonesia maupun Barat, bahwa orang Indonesia secara
tradisional tidak memiliki kesadaran sejarah, hal ini rupanya keliru. Kita tahu
umpamanya, bahwa tradisi – tradisi agung yang tidak tertulis merupakan sarana
yang kuat untuk meneruskan masa lampau kepada generasi Indonesia berikutnya,
dan bahwa cara mengutarakan atau mengganakan sejarah ini telah memenuhi
kebutuhan – kebutuhan masyarakat – masyarakat itu. Bagimanapun, tidak
berlebihan kalau dikatakan bahwa orang Indonesia kun itu kembali kepada masa
lampau, karena alsan yang berlainan dan dalam beberapahal dengan cara yang
lebih sederhana daripada yang dilakukan oleh keturunan mereka dewasa ini. Nyata
bahwa masyarakat kuno ini memusatkan segi – segi masalampau tertentu sambil
menyesuaikan diri dengan kebutuhan – kebutuhan istimewa biasanya ada kaitannya
dengan kelestarian simbolis Negara atau masyarakat serta menggunakan metode
untuk mengutarakan segi ini.
Sebaliknya orang indonesia kini mempunyai
hubungan yang lebih rumit dengan masa lampau. pada satu pihak mereka kurang
mendalam berurusan dengan masa lampau dan cenderung lebih banyak memikirkan
masa depan. Mereka umumnya mengerti masa depan itu berdasarkan pengalaman masa
lampau tapi juga berdasarkan contoh – contoh ilmiah geologiserta cara berfikir
modern lainnya. Sebagai tambahan orang indonesia masa kini yang tidak lagi di
batasi oleh pandangan kraton mempertimbangkan masa lampau dari banyak sudut
serta mengakui keberagaman pemahaman masa lampau baik dari perseorangan maupun
kelompok. Oleh karena itu sepintas nampaknya tiap abad ( tiap masyarakatnya
atau penulisnya) telah memutarbalikan masa lampau itu tapi kenyataanya tidak
demikian. Bila suatu peristiwa terjadi mka peristiwa itu tetap berada di masa
lampau dan mustahil terulang kembali dengan cara yang sama.
Kita tidak dapat mengembalikanya kepada keadaan
hidupnya semula tidak dapat menciptakanya kembali seperti keadaan aslinya. Masa
lampau hanya satu tapi pandangan manusia terhadapnya senantiasa berupa dan
berbeda – beda tanpa pembatasan. Jelas sejarah dan masa lampau bukan dua hal
yang sama. Istilah sejarah bukanlah masa lampau melainkan proses pemikiran atau
hasil dari pada proses itu seperti pemunculannya diatas kertas, film, dsb.
Sehingga masa lampau itu dapat kita pahami. Ditinjau secara demikian ini maka
sejarah merupakan tafsiran atau suiatu upaya pemikiran manusia dengan kekuatan
dan kelemahanya.
Ukuran
sejarah semesta alam ini
Awal sejarah itu merupakan suatu tafsiran,
apakah semua tafsiran bernilai sama ? dalam mengadakan penilaian terhadap
penilaian ini kita dibimbing oleh kekuatan yang sama yang memp[engaruhi tulisan
- tulisan mereka yaitu kebutuhan dan pembatasan pemberian, pengertian dalam
bahasa ilmiah norma – norma dari zamannya sebagian besar orang indonesia
terpelajar dewasa ini, apa yang dimaksud hikayat ternyata isinnya tidak banyak
berbeda dari pada dongengnya. Hikayat tidak memberikan perincian fakta,
penguatan bukti dan sebagian sesuatu yang dibutuhkan pada masa sekarang ini.
Karena alasan inilah dapat kita katakan bahwa sejarah yang lebih memuaskan yang
daoat kita pastikan bahwa pendapat ini dapat diikuti secara luas dan dunia
temporer akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perbedaan antar sejarah
yang baik atau cocok dan sejarah yang buruk atau tidak cocok bersifat nisbi
atau bukan mutlak, oleh karen perbedaan tadi terikat seluruhnya pada pola pola
pemahaman dan kebudayaan masyarakat dewasa ini.
Pada taraf tertentu ukuran sejarah dunia ini
merupakan ilham dari barat.tetapi sekarang batas batas idiologi dan kebudayaan
yang sangat beragam telah diterobos.kerangka yang bersifat modern atau
kontemporer yang berasal dari barat itu bukanya begitu saja ditiru tetapi
disesuaikan dengan kebutuhannya oleh peradaban bukan barat.Empat unsur pemikiran sejarah, yang merupakan proses
untuk dapat memahami masa lampau. Yang paling penting adalah pengertian waktu
sebagai sesuatu yang langgeng dan berurutan. Para ahli sejarah kontemporer
memandang waktu dan berlalunya waktu dengan kecepatan yang teratur dan yang
dapat diukur, sebagai pangkal pemikiran sejarah oleh karena waktu dan ciri –
ciri khasnya itu dapat diuraikan sebagai sesuatu yang mutlak dalam sejarah.
Kapan kejadian itu terjadi dan apa kaitanya denga kejadian lain dalam waktu
yang bersamaan atau berurutan. Dalam ukuran yang lebih besar atau
kecil.”kerangka besi“ ini membentuk
segala segi yang menyangkut tafsiran modern tentang masa lampau.
Unsur
selanjutnya yang perlu dipertimbangkan ialah kesadaran akan sifat dasar
fakata –
fakata, yaitu kerumitanya. Dalam bahasa umum kata fakta (“fact”) atau
bisa juga : kenyataan, mengandung kepastian yang diterima begitu saja. Tapi
ahli sejarah modern sadar akan “kelicinan” fakta. Fakta harus dilihat dari
berbagai sudut, sebanyak mungkin, serta diperlakukan berhati - hati sekali.
Unsur
ketiga yang merupakan ciri khas pemikiran sejarah modern ialah tekanan pada
sebab – musabab. Para ahli sejarah masa kini ingin mengetahui sejelas jelasnya
bukan saja kapan suatu kejadian itu terjadi, apa yang sesungguhnya telah
terjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi juga mengapa. Sejarah modern mempunyai
metode unutk membimbing penyelidikan kita dan mempertimbangkan buktinya.
Sejarah dewasa ini, tidak lagi membatasi wilayah penyelidikanya. Pada
hakekatnya, tiap topik yang dapat dibayangkan manusia dapat dilihat dari sudut
sejarah. Semakin banyak ahli sejarah mengkhususkan diri dalam bidang yang
mungkin kedengaranya sempit dan aneh, sebgaai contoh kebudayaan populer
termasuk nyanyi – nyanyian rakyat dan film. Untuk selanjutnya terpulang kepada
para ahli sejarah untuk menunjukan apa sebetulnya arti dari topik semacam itu.
Dan kritik bahwa topik - topik itu tidak
patut atau tidak berharga bagi penelitian sejarah jelas tidak mengena.
Sejarah
dan beberapa persoalanya
Suatu
hal yang akhir – akhir ini kerab dibicarakan di indonesia, adalah masalah yang
menyangkut,”obyektivitas” sejarah atau “kebenaran” sejarah. Tetapi keluhan –
keluhan semacam ini hanyalah akibat dari kebingungan tentang apa sejarah dan
apa yang bukan sejarah, apa yang dapat diselesaikan oleh sejarah dan apa yang
tidak. Secara mutlak sejarah memang tidak bisa “benar” dalam arti yang mutlak,
maka kita terpaksa menimpulkan bahwa obyektivitas itupun tidak dapat dicapai.
Tapi kenyataanya tidak demikian, penulisan sejarah didasarkan atas aturan dan
metode yang menjamin keobyektifanya.
Selanjutnya,
kitapun harus menyadari bahwa obyektifitas yang berlebihan, khususnya bila
tidak pada kejujuran biasa atau menyatakan keengganan menyatakan pendapat yang
tegas, kebanyakan tidak diinginkan dalam sejarah. Dengan perkataan ini
pengetahuan kita tentang mas lampau akan menjadi tidak bertambah, bila sejarah
selalu ditulis dengan keragu – raguan dan pada taraf obyektifitasnya yang sama.
Di Eropa dan Amerika
terdapat sekelompok ahli sejarah yang dikenal umum sebagai aliran radikal baru.
Menurut mereka, yang penting dalam suatu karya sejarah ialah kedudukan
moralnya; dan itulah yang menciptakan dasar penilaian. Walaupun para ahli
sejarah baru ini dalam banyak hal telah banyak mampu memperlihatkannn segi –
segi masa lampau yang luar biasa menarik dan baru, pemikiran mereka tentang
sifat sejarah itu merupakan kekeliruan besar. mereka menyamakan obyektifitasnya
dengan kebenaran dan mengusulkan untuk menghilangkan kedua – duanya. Apa lagi, mereka pun menganggap bahwa nilai –
nilai jauh lebih mudah untuk di pertimbangkan dari pada obyektifitas.
Kerusakan
kedua yang selalu mengganggu para guru
dan para pelajar sejarah ialah apakah bidang studi mereka itu tergolong seni
ataukah ilmu. Secara naluri ahli sejarah cenderung menghancurkan hukum – hukum semacam
itu bila ia menjumpai dalam penulisan orang lain. Dalam keseluruhannya dapat
dikaatan bahwa ilmu memperoleh hasil lewat penyelidik dapat mulai dengan batas
– batas yang tegas, sedang sejarah dapat dimulai dengan batas – batas yang
kabur tetapi penyelidikan itu terus tetap dilanjutkan seraya melakukan
perubahan (batas – batas) agar dapat memperoleh prespektif seluas dan sedalam
mungkin.
Masalah
ketiga yang juga penting bagi mereka yang ingin memanfaatkan sejarah untuk
mengerti dunia sekelilinnya, merupakan bidang yang sulit, ini menyangkut
filsafat serta teori – teori sejarah. Dalam hal lain, filsafat itu didasarkan pada penggunaan fakta
secara terpilih sekali, hal mana jauh dipandang lebih sederhana dari pada yang
dapat diterima oleh ahli sejarah pada masa kini. Ada tiga teori uatama : 1. “
teori perputaran “, yang mengatakan bahwa pola kejadian dan ide mengenai
manusia terbatas sama sekali da diulangi dalam selang - selang tertentu; 2. “teori takdir”, yang
menganggap bahwa semua sebab – penyebab berasal dari ikut campur takdir atau
allah; dan 3. “teori kemajuan” yang berpusatkan pada sebab – penyebab kejadian
mengenai manusia dan selanjutnya mengatakan bahwa dengan berlalunya waktu,
peradaban manusia dalam keseluruhan secara otomatis mengalami perbaikan atau
kemajuan. Bagian terbesar terbesar filsafat sejarah dibangun berdasarkan salah
satu kombinasi ketiga teori itu.
Mengenal Pendekatan dan Teknik Dalam Sejarah
Sejarah
tidak mempunyai suatu metedologi, tetapi sejarah memiliki metode. Perbedaannya mudah
dijelaskan : suatu metodologi meletakan suatu rangkaian peraturan serta fungsi
yang harus ditaati dalam segala keadaan, tetapi suatu metode menyarankan
rangkaian pengertian dasar akan tetapi melihat penerapanya sebagai bagian
proses yang diawasi oleh yang melakukan penelitian. Landasan untama metodologi
adalah bagaimana menangani bukti – bukti sejarah dan bagaimana
menghubungkannya. Untuk menyebut beberapa sumber – sumber itu antara lain : arsip
– arsip, surat – surat pribadi,
perpustakaan, toko buku, dan tempat penyimpanan surat kabar, dalam bidang
sejarah dimana dokumentasi sering terdapat atau mungkin tidak ada, harus dicari
buku lain. Menurut teori sumber suber – sumber bukti yang paling penting dan paling
terkenal harus diteliti dulu. Dan pengumpulan harus sudah selesai sebelum
dimulai dengan penulisan, tetapi dalam praktek jarang demikian. Setelah
bermacam – macam bukti ditemukan dan dicatat maka semuanya itu harus
dipertimbangkan lagi.bukti, juga seperti fakta, tidak dapat dijelaskan satupun
tanpa tafsiran manusia. Analisa kimia umpamanya sering kali dapat mengungkapkan
kapan kira kira sebuah dokumen ditulis atau berapa umur pecahan tulang yang
diketemukan dengan semua informasi ini jelas penting. Proses tersebut lama dan
rumit serta penuh dengan lubang perangkap. Karena itu harus berhati – hati.
Umpamanya, agar tidak percaya saja bahwa laporan sakti mata selalu lebih unggul
dari pada laporan lain hanya karena laporan itu dekat pada waktu terjadinya peristiwa
itu.
Barangkali segi metode
sejarah yang paling sukar ialah memastikan apa yang diungkapkan oleh bukti –
bukti tentang sebab penyebab sebaik mana bukti itu “membeuktikan” tafsiran yang
tertarik darinya. Probabilitas ini dikaitkan dengan bukti yang merupakan satu –
satunya dasar bagi penilaian ahli sejarah, kecuali dalam hal - hal yang jarang terjadi. Bisa dimahami dan
bisa juga mungkin, umpamanya, penduduk pedesaan daerah itu “ di miskinkan” oleh
politik penanaman tebu kolonial. Dalam semua hal ini tafsiran seluruhnya
tergantung pada probabalitas yang diajukan oleh bukti yang telah dikumpulkan
dan diuji. Hal yang demikian menimbulkan probobalitas bahwa setidak – tidaknya
pada waktu tertentu dalam kehidupannya sikap kartini terhadap belanda lebih keras
dari pada yang dapat dibaca dari dokumentasi yang ada. (sutu peringatan: dalam
hal ini probabilitas lebih kecil dari yang dikehendaki, karena alasan untuk
permusnahan surat – surat itu sendiri harus dinilai dulu atas dasar
probabilitas)
.Mempertimbangkan bukti
itun dalam rangka probabilitas bukan merupakan sesuatu yang gaib dan
rahasia.Sebelum kita sampai pada kesimpulan,bukti apakah yang ada?Dapatkah kita
mempercayai buktilah benar itu yang kita miliki,bagaiman probabilitas nya bahwa
apa yang kita dengar itu adalah benar?Penilaian sejarah , bagaimanapun bisa
rumit dan menyangkut pokok permasalahan yang lebih berbobot,meskipun dilakukan
secara berdasar asas-asas yang serupa dengan apa yang kita lakukan sehari-hari.Selama
satu atau dua abad yang lampau telah di kembangkan suatu
Di luar segi-segi dasar
metode sejarah moderen yang maksudnya mendekati serangkaiaan peraturan bagi
sejarah, ada dunia pendekatan dan teknik lainnya. Nilai pendekatan sastra,
sosial atau militer pada dasarnya tidak jauh berbeda dari pendekatan lain
(politik, ekonomi, statistik), dan tiap pendekatan meiliki kekuatan dan
kelemahan tersendiri. Ahli sejarah hendaknya mempergunkan kata atau kalimat
sederhana asal dapat mencapai tujuan yang baik. Teknik pemakaian
lambang-lambang atau kiasan (umpamanya, atas, Kraton Yogyakarta sebagai
Cerminan bentuk masyarakat Jawa Tengah pada abad ke -19” ).