GAZA CITY .Kematian terus meningkat dengan drastis, di mana 72 warga Gaza dibunuh oleh "Operasi Pelindung" oleh Zionois-Israel. Jumlah korban tewas dari serangan militer Israel teradap Jalur Gaza telah meningkat lebih 85 orang Palestina, dan ratusan lainnya luka, akibat serangan udara besar-besaran Israel sejak Senin, menurut sumber-sumber medis, Jum'at, 11/7/2014.
Menurut sumber-sumber keamanan Palestina, pesawat tempur Israel telah melakukan lebih dari 750 serangan terhadap sasaran-sasaran di Gaza selama periode yang sama.
Hamas, pejuang al-Qassam, menembakkan hampir 320 roket ke kota-kota Israel dan kota-kota sejak Rabu, tambah sumber. Israel telah melancarkan seperangan militer - yang dijuluki "Operasi Pelindung" - dengan tujuan menghentikan serangan roket dari Gaza.
Serangan udara besar-besaran terus dijalankan oleh Zionis terhadap wilayah Gaza. Sementara pasukan darat terus ditingkatkan diperbatasan Gaza, sebagai persiapan serangan darat.
Para pejuang Hamas yang bersiap-siap sepanjang perbatasan Gaza, dan al-Qassam terus menembakkan roket ke Israel dalam menanggapi serangan udara tak henti-hentinya.
Dibagian lain, Mesir telah menutup perbatasan Rafah, satu-satunya jendela Gaza ke dunia luar di luar kendali Israel, sejak penggulingan Presiden Mohamed Mursi. Pemerintah Mesir hanya membuka perbatasan, jika ada hal yang sifatnya luar biasa dan untuk jangka waktu yang terbatas.
Khaled Meshaal, kepala biro politik Hamas, telah menyerukan negara-negara Arab dan Islam - khususnya Mesir - untuk menggalang dukungan dari rakyat Palestina.
"Ramadhan selalu menjadi bulan kemenangan," kata Meshaal dalam pidato televisi. "Kesepuluh Ramadhan di tahun (1973) adalah hari kemenangan bagi Mesir dan tentara yang besar (atas Israel), kepada siapa kita mencari dukungan." Meshaal, yang berada di ibukota Qatar, Doha, menolak penyelesaian damai dengan Israel, menyalahkan negara Yahudi memproklamirkan agresi.
"Perlawanan Palestina dan orang-orang memiliki hak untuk membela diri," kata Misy'aal. "Untuk mereka yang ingin memaksakan perdamaian demi perdamaian itu, saya katakan: Tanyakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengubah kebijakannya dan menghentikan kejahatan dengan melakukan pembunuhan mana-mana di Palestina," tambahnya.
Misy'aal mengatakan perlawanan Palestina akan terus berlanjut untuk mempertahankan tanah air Palestina sampai titik darah penghabisan - bahkan tidak akan membiarkan Zionis terus mnembinasakan bangsa Palestina.
"Kami tidak mengancam siapa pun, tapi kami memiliki hak untuk membela diri," Misy'aal menegaskan. "Orang-orang Israel hanya dapat menyalahkan diri sendiri dan para pemimpin mereka atas setiap kekerasan yang mereka jalankan", tambah Misy'aal.